Gunung Lemongan Lumajang
Gunung Lemongan Lumajang. Mungkin belum banyak yang dengar tentang gunung tersebut, dan memang hanya pada kalangan tertentu saja yang biasa datang kesini, seperti contohnya para pecinta alam, backpacker atau bahkan para pemburu sunrise. Memang gunung ini tidak begitu dikenal dan kalah tenar bila dibandingkan ketenaran wisata Bromo, namun gunung ini memiliki keistimewaan dipuncaknya yaitu kawah tidak aktif nan elok serta fenomena sunrise tak kalah memukau dengan sunrise di Bromo.Gunung Lemongan Lumajang
Gunung Lemongan merupakan sebuah gunung api yang sudah lama tidak aktif lagi. Gunung ini terletak di antara dua kompleks gunung api didaerah administratif kabupaten Probolinggo dan kabupaten Lumajang, yaitu kompleks pegunungan Tengger disebelah barat serta pegunungan Iyang di sebelah timur. Gunung yang tercatat terakhir meletus pada tahun 1898 ini memiliki ketinggian sampai sekitar 1.670 meter diatas permukaan laut.Gunung Lemongan Lumajang memiliki keunikan tersendiri dibanding gunung lainnya yaitu berupa kaldera kawah tidak aktif nan cukup dalam dipuncaknya, juga hutan lebat disepanjang jalur trekking. Tentunya menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi para pecinta trekking dengan medan most adventure ketika akan melakukan perjalanan ke puncak untuk berburu sunrise.
Sementara ketika sampai dipuncak Lemongan para pendaki bisa melihat danau-danau tersebar disekelilingnya seperti Ranu Klakah dan Ranu Pakis serta tak kalah menariknya lagi tempat wisata ini memiliki pemandangan sunrise berlatar pegunungan Iyang (Argopuro) nan begitu bagus dan sayang untuk kita lewatkan.
Pemandangan bertambah indah, disebelah timur kami menikmati jejeran pegunungan argopuro dan pegunungan raung, barisan awan yang membentuk lautan seakan mengundang siapapun untuk bermain disana. Di sebelah barat terlihat puncak semeru, pegunungan arjuno serta puncak dataran tinggi lainnya.
Pada tahun 1852, Franz Wilhelm Junghuhn, seorang naturalis, doktor, botanikus, geolog, dan pengarang berkebangsaan Jerman (lalu berganti belanda) pernah menuliskan bahwa dahulu Lemongan masih dalam satu kesatuan dengan pucuk raksasa serta mengeluarkan asap meletup letup dan melakukan aktivitas vulkanik masif.
Lemongan Lumajang juga sempat tercatat sebagai gunung dengan aktivitas terbanyak di pulau Jawa. Dan akhirnya meletus pada tahun 1898 hingga membentuk kawah yang membagi dua puncaknya yaitu puncak Lemongan di Kabupaten Lumajang serta puncak Tarub di Kabupaten Probolinggo dengan lembah Marutha berada ditengahnya, hingga kini tanahnya masih terasa hangat dan sesekali mengeluarkan asap belerang.
Puncak Lamongan sering didaki karena medannya cukup mudah sedangkan puncak Tarub jarang didaki karena hutan hujan tropis lebat juga dihuni berbagai macam satwa liar seperti ular, burung alap-alap, juga kelelawar.
Perjalanan menuju puncak Lemongan Lumajang
Pada setiap gunung keramat biasanya selalu memiliki juru kunci dalam artian sebagai orang yang merawat serta menjaga tempat tersebut dari ulah tangan manusia jahil. Seperti halnya Mbah Marijan di G.Merapi, Lemongan juga dijaga oleh seorang juru kunci bernama Mbah Tjitro pemilik dari Pesanggrahan Sunyoruri didesa Papringan, Kecamatan Klakah, Lumajang, Jawa Timur. Jadi sebelum naik ke puncak biasanya para pendaki selalu meminta ijin terlebih dahulu kepada juru kunci tersebut.Tempat Mbah Tjitro merupakan start dimulainya pendakian. Target selanjutnya adalah pos kedua di Watu Gedhe. Nama ini diambil dari sebuah batu besar berbentuk balok setinggi 2,5 meter panjang 4 meter serta lebar 2,5 meter, dengan ukiran alami nan berundak undak. Setelah melewati medan keras sebelumnya, para pendaki bisa istirahat disini untuk melepas lelah. Namun sebelum watu Gedhe para pendaki akan melewati medan dinamakan "watu telek". Dinamakan demikian karena tanah didaerah ini merupakan bekas lumpur lahar mudah bergerak menyerupai kotoran makhluk hidup.
Setelah dari watu gedhe perjalanan selanjutnya menuju pos kedua "Gerbang", akan melewati jalan setapak dengan dipenuhi pepohonan besar juga semak belukar dikanan-kirinya. Disarankan membawa sarung tangan agar tangan anda tidak terluka ketika menyingkirkan semak-semak pada saat perjalanan.
Sesampai Gerbang, para pendaki akan disuguhi sebuah hutan tropis. "Gerbang" ini merupakan pintu masuk menuju hutan tropis nan lebat, lembab, juga basah disepanjang tahun tak peduli penghujan maupun kemarau. Hutan tersebut begitu lebat, bahkan sinar matahari pun sulit untuk menembusnya. Banyak terdapat disana-sini tumbuhan pakis, ilalang juga semak liar yang senantiasa menutup tanah. Tanah didaerah ini pun masih terdapat batuan-batuan kecil dengan kemiringan sekitar 50 derajat.
Selanjutnya para pendaki akan sampai pada tempat dimana disana terdapat sebuah Guci, tempat itu dinamakan Guci atau pos tiga. Guci tersebut tepat berada dibawah pohon besar dilengkapi oleh teras semen untuk menjaga guci tetap berdiri pada tempatnya. Ada cerita yang tersebar, bahwa sebelumnya guci tersebut tergeletak miring serta terjatuh dari tempatnya karena pondasinya tidak datar hingga akhirnya beberapa pecinta alam memperbaiki guci tersebut lalu menjadikannya pos tiga. Juga ada cerita lain mengatakan bahwa guci tersebut merupakan tempat dimana Mbah Tjitro mencuci pusakanya.
Trek selanjutnya untuk sampai kepuncak Lemongan Lumajang masih berupa hutan yang dipenuhi semak tidak jauh berbeda dengan trek sebelumnya kemudian para pendaki akan bertemu savana Lemongan yang dipenuhi bongkahan batu sisa-sisa dari aktivitas gunung tersebut selama berpuluh-puluh tahun, barulah sampai ke Puncak Gunung Lemongan.
Peralatan yang perlu dibawa menuju puncak Lemongan Lumajang
Ada beberapa alat yang perlu dibawa sebagai perlengkapan untuk trekking ke gunung Lemongan Lumajang dan sedikit banyak hampir sama dengan peralatan yang dibawa pada waktu ke trekking ke Semeru yaitu :- Senter atau penerangan
- Jaket tebal / berbahan parasit
- Tenda
- Air
- Sepatu gunung
- Jas hujan